Prosesi pernikahan adat Jawa menjadi salah satu prosesi pernikahan yang banyak dipakai di Indonesia. Hal ini terjadi karena komunitas suku Jawa termasuk salah satu suku terbesar di Indonesia. Selain itu prosesi pernikahan adat Jawa tidak hanya dipakai oleh keturunan Jawa, banyak orang dari suku lain yang menggunakan adat Jawa dalam prosesi pernikahannya. Pada momen ini menjadi spesial karena pengantin tak hanya mendapatkan hadiah nikahan, namun juga prosesi yang sakral.
Prosesi pernikahan adat Jawa banyak disukai karena nilai-nilai luhur yang terkandung pada setiap elemennya. Ada Jawa secara keseluruhan, memang banyak melibatkan simbol-simbol yang mengandung nilai-nilai tertentu, misalnya seperti motif kain batik yang memiliki makna yang berbeda dan aturan pemakaiannya yang terperinci.
Baca juga : 12 Ide Souvenir Untuk Pernikahan Acara
Seluruh rangkaian dalam prosesi pernikahan adat Jawa memiliki makna luhur tentang keberlangsungan dalam kehidupan rumah tangga yang akan dilewati oleh pasangan pengantin kelak. Dalam artikel ini, penulis mencoba untuk membalas satu persatu tentang rangkaian dalam pernikahan yang menggunakan adat jawa.
1. Pemasangan Tratag dan Tarub
Prosesi pernikahan adat Jawa dimulai setidaknya sehari sebelum upacara pernikahan dilangsungkan. Prosesi pertama adalah pemasangan tratag dan tarub oleh ayah mempelai perempuan. Tratag dan tarub menjadi penanda bahwa keluarga yang bersangkutan akan mengadakan hajat.
Tratag adalah dekorasi tenda yang digunakan untuk berteduh tamu undangan yang akan hadir sambil membawa hadiah nikahan pada upacara pernikahan. Sedangkan, tarub adalah hiasan anyaman janur yang dipasang di depan rumah mempelai perempuan. Pemasangan tarub yang terbuat dari janur kuning memiliki makna meminta cahaya gemilang kepada Sang Pencipta agar kedua mempelai diberikan kemudahan, serta rezekinya yang selalu mengalir, dan dilimpahi kemakmuran.
Kunjungi Instagram Kedai Handuk
2. Pemasangan Tuwuhan
Prosesi pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan peletakan tuwuhan. Tuwuhan memiliki makna supaya pasangan yang akan menikah segera dikaruniai anak atau momongan, serta mampu melewati jalan terjal dan rintangan dengan hidup bersama-sama. Momongan ini merupakan bentuk hadiah nikahan yang banyak ditunggu oleh orang-orang.
Tuwuhan yang berarti tumbuh-tumbuhan ini diletakkan di tempat prosesi siraman akan dilangsungkan. Tuwuhan biasanya juga ditambahkan buah-buahan seperti setandan pisang pada masing-masing sisi sebagai harapan agar sang pengantin kelak cepat memperoleh buah hati.
Baca juga : 4 Manfaat Menjadi Little Spoon Untuk Keharmonisan Pernikahanmu
3. Sungkeman
Ritual sungkeman sebenarnya tidak hanya dilakukan saat prosesi pernikahan adat Jawa saja. Pada pernikahan adat lain juga terdapat prosesi sungkeman. Bahkan prosesi ini tidak hanya dilakukan saat akan menikah saja. Sungkeman menjadi bentuk penghormatan anak kepada orang tua yang telah merawatnya dengan penuh kasih sayang. Dalam pernikahan adat Jawa, sungkeman juga menjadi bentuk permintaan maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat dari lahir hingga akan menikah. Sungkeman juga merupakan ritual meminta izin untuk menjalani kehidupan yang baru bersama pasangan. Pada pernikahan modern seperti sekarang, prosesi sungkeman biasanya dilakukan saat acara pengajian yang biasanya dilakukan sehari sebelum upacara nikah.
4. Siraman
Setelah siraman prosesi pernikahan adat jawa selanjutnya adalah Siraman. Siraman menjadi simbol adalah penyucian diri calon pengantin. Kata siraman dalam Bahasa Jawa memiliki arti menyiram dengan air. Air yang digunakan pada prosesi ini secara tradisional harus berasal dari tujuh mata air yang berbeda. Dalam upacara siraman, orang tua atau pihak yang lebih tua dari kedua belah keluarga akan terlibat aktif. Mereka memiliki peran penting dalam memberikan restu, doa, dan nasehat kepada calon pengantin. akan ada tujuh orang yang menyiramkan air ke sang pengantin, yang terdiri dari orang tua dan kerabat yang lebih tua, terutama yang sudah menikah. Penyiraman air ini menjadi bentuk pemberian doa dari para kerabat agar pernikahan yang dijalani dapat berjalan baik. Ayah mempelai bertugas mengakhiri siraman tersebut, selain itu sang ayah juga akan menggendong calon pengantin menuju kamar pengantinnya.
Dalam proses acara siraman ini, Calon pengantin duduk di kursi yang telah disiapkan sambil mengenakan busana adat. Air siraman kemudian dicurahkan perlahan-lahan ke tangan calon pengantin oleh orang tua atau tetua yang memimpin upacara. Selama proses siraman, doa-doa dan nasehat-nasehat juga disampaikan.
5. Midodareni
Midodareni adalah sebuah tradisi dalam adat Jawa yang merupakan bagian dari rangkaian acara pernikahan. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum acara pernikahan utama, seperti akad nikah atau resepsi. Midodareni memiliki makna dan tujuan tertentu dalam budaya Jawa, dan acara ini dijalankan dengan adat dan ritual yang khas. Midodareni mempunyai 2 makna penting seperti
- Persiapan Rohani dan Jasmani
Midodareni dianggap sebagai persiapan baik secara rohani maupun jasmani bagi calon pengantin menjelang pernikahan. Acara ini memberikan waktu bagi calon pengantin untuk merenung, mempersiapkan diri secara mental, dan memastikan bahwa mereka siap untuk memasuki kehidupan pernikahan.
- Berkumpulnya Keluarga dan Sahabat
Midodareni juga menjadi kesempatan bagi keluarga dan kerabat untuk berkumpul sebelum pernikahan. Hal ini menciptakan suasana keakraban dan kebersamaan yang penting dalam budaya Jawa
Midodareni tidak hanya menjadi persiapan fisik dan mental, tetapi juga merupakan bagian dari warisan budaya yang dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Tradisi ini memperkuat ikatan keluarga dan memastikan bahwa pernikahan dijalani dengan penuh makna dan keberkahan.
6. Penyerahan Sanggan
Prosesi yang akan dilalui selanjutnya adalah penyerahan sanggan dan melibatkan orang tua pengantin laki-laki kepada orang tua pengantin perempuan. Prosesi ini dilakukan sebagai wujud penebusan putri mereka. Sanggan ini biasanya diisi dengan satu tangkap atau dua sisir pisang raja yang sudah matang di pohon. Sanggan juga dilengkapi sirih ayu, kembang telon yang terdiri atas tiga bunga, yaitu mawar, melati, dan kenanga yang biasanya diikat dengan benang lawe. Setelah menyelesaikan upacara midodareni dan seserahan pada malam yang sama, keesokan harinya atau melalui beberapa modifikasi akan dilangsungkan akad nikah.
Baca juga : Cara Milih Souvenir Cantik Buat Pernikahan
7. Prosesi Pernikahan
Prosesi nikah dilakukan sesuai dengan agama masing-masing. Akad nikah menurut masyarakat muslim akan langsung dilakukan ijab kabul yang dibantu oleh penghulu. Sementara untuk agama lain seperti Katolik dan Kristen akan melaksanakan sakramen perkahwinan. Bagi tamu undangan yang akan membawa hadiah nikahan inilah momentum yang tepat.
8. Upacara Panggah
Setelah melalui prosesi nikah berdasarkan keyakinan masing-masing, prosesi pernikahan adat jawa dilanjutkan dengan upacara panggih yang menjadi puncaknya. Mempelai perempuan dan laki-laki akan dipertemukan setelah resmi menikah dan menjadi sepasang suami-istri. Dilanjutkan dengan balangan gantal. Balangan gantal adalah prosesi kedua mempelai saling melempar daun sirih yang berisikan bunga pinang, gambir, kapur sirih, dan tembakau hitam yang diikat dengan benang lawe. Balangan dilakukan dengan mempelai laki-laki dan mempelai perempuan yang berhadap-hadapan dengan jarak dua meter. Mempelai laki-laki akan melempar tiga gantal ke arah dahi, dada, dan lutut mempelai perempuan. Mempelai perempuan juga akan melemparkan dua gantal, ke arah dada dan lutut dari mempelai laki-laki.
Baca juga : Souvenir Special untuk Hari Special
9. Ngidak Endhog
Seperti namanya dalam bahasa Indonesia Ngidak Endhog artinya memang injak telur. Makna dari upacara ini sendiri adalah kedua pasangan yang mengharapkan keturunan dari sebuah kasih atau rasa cinta yang tulus dan diteguhkan dengan komitmen. Selain itu, ngidak endhog merupakan lambang dari kesetiaan sang istri kepada suaminya. Upacara ini juga bisa disebut sebagai ngidak wiji dadi. Putih menggambarkan laki-laki dan merah yang menggambarkan perempuan.
10. Kacar Kucur
Pada prosesi pernikahan ini, mempelai laki-laki akan mengucurkan uang receh dan biji-bijian kepada mempelai perempuan sebagai lambang bahwa sebagai kepala keluarga, mempelai laki-laki akan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan sang istri dan keluarganya kelak. Sang suami juga akan mempercayakan nafkah yang diberikan kepada sang istri untuk mengelolanya.
11. Dulangan
Masih merupakan bagian dari upacara panggih, dulangan adalah prosesi di mana kedua mempelai akan saling menyuapi nasi sebanyak tiga kali. Biasanya, dulangan akan dilaksanakan pada saat resepsi dan melambangkan cumbana atau saling bercumbu rayu. Harapannya adalah supaya kedua pasangan akan saling tolong-menolong, pengertian, dan rukun dalam rumah tangga. Rasa pengertian antar sesama pasangan ini adalah bentuk hadiah nikahan yang nyata.
Baca juga : Souvenir Pernikahan
12. Sungkeman
Prosesi pernikahan adat Jawa yang terakhir adalah sungkeman yang kedua. Inilah yang akan mengakhiri prosesi adat pernikahan jawa. Kedua mempelai akan berlutut di hadapan kedua orang tua dari kedua belah pihak sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan pengorbanan mereka untuk membesarkan kedua anaknya.
Setiap daerah di Jawa mungkin memiliki variasi dalam pelaksanaan adat pernikahan, tetapi unsur-unsur ini umumnya hadir dalam pernikahan adat Jawa. Namun perlu digaris bawahi bahwasanya apa pun prosesi dan tradisi yang dilangsungkan, pernikahan yang baik harus disertai dengan restu dari orang tua.